Aktivitas Bisnis Menurut Perjanjian Lama (akan diuraikan dalam postingan selanjutnya). Artikel berikut ini tentang puasa dan doa. Dalam berbisnis, orang Kristen tidak dapat mengabaikan puasa dan doa.
Istilah puasa bukanlah istilah yang asing bagi masyarakat, secara khusus bagi umat Kristen. Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) banyak mencatat tentang. puasa, misalnya: Yes. 58:6-8; Yer. 14:12; Daniel 6:19; Man. 109:24; Mat. 6:16-18; Kisah Para Rasul 13:2; 14:23 dan masih banyak bagian dalam Alkitab yang mencatat tentang puasa. Itu berarti puasa merupakan topik yang cukup penting dalam Alkitab yang harus dipahami secara benar dan diterapkan dalam kehidupan Gereja (umat Tuhan).
Namun realita penyalahgunaan puasa dalam gereja tidak dapat dihindari. John Wesley berkata, “beberapa orang telah menyanjung hal berpuasa melebihi Alkitab dan akal; sedangkan orang lain lagi sama sekali mengesampingkannya” John Stott membenarkan kenyataan ini dengan mengatakan, “Kebanyakan orang Kiisten sejati mengutamakan doa setiap hari dan amal bakti, tapi hanya segelintir saja yang menaruh perhatian kepada hal berpuasa.” Realita yang berkembang dalam praktek puasa sebagai salah satu bentuk ibadah di gereja sampai hari ini adalah dimana ada gereja yang terpengaruh dengan nilai-nilai pragmatis (segala sesuatu diukur atau dinilai apakah itu bermanfaat atau tidak), bertindak melalaikan puasa dan menganggapnya sebagai suatu kegiatan menyiksa tubuh. Derek Prince dengan nada yang ekstrim mengatakan bahwa puasa merupakan kunci keberhasilan :
Dari semua hal yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Alkitab ada satu hal yang boleh merapakan kunci utama untuk berhasil dalam kehidupan. Sayang sekali, kunci tersebut kurang diperhatikan, bahkan kurang dipelihara dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya oleh Gereja. Adapun kunci yang dimaksud adalah “berpuasa”.
Mengapa kenyataan ini bisa terjadi? Donald Whitney mengatakan: Salah satu sebabnya mengapa ada orang-orang yang takut berpuasa: Mereka takut menjadi orang aneh. Selain itu mereka takut kalau-kalau puasa akan membuat mereka sengsara teramat sangat. Disamping itu faktor kurang adanya pengertian yang benar tentang puasa menjadi penentu untuk tidak berpuasa. Nehemia Mimery menjelaskan: Kalau masa kini anda menanyakan kepada orang-orang Kristen, apakah mereka juga berpuasa, niscaya mereka akan menjawab dengan jujur bahwa mereka tidak mengetahui tentang pokok ini. Ronald Dunn menegaskan lagi bahwa :
Kebanyakan dari kita mungkin tidak pemah secara serius mempertimbangkan puasa sebagai bagian dari kehidupan kristen. Karena kita menghubungkannya dengan agama yang fanatik dan legalistik, maka hampir-hampir kita menghapusnya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan kekristenan di abad dua puluh.
Di sisi lain ada gereja-gereja yang aktif mempraktikkan puasa sebagai wujud ketaatannya kepada pengajaran Alkitab, tetapi justm terjebak kepada konsep yang keliru, sehingga tidak luput dari “cara berpuasa sebagai ritual yang hampa.” James Lee Beall menjelaskan realita konkiit tentang penyalahgunaan puasa tersebut sebagai Berikut :
Puasa merupakan suatu kebiasaan yang sewaktu-waktu dianjurkan sebagai jalan pendek untuk memperoleh jawaban doa. Kadang-kadang puasa dianggap hampir seperti obat manjur untuk segala macam penyakit. Puasa dianggap manjur menghasilkan kuasa di dalam doa untuk memperoleh perlindungan ilahi, untuk memberi penyataan yang lebih jelas, untuk memberi kelepasan dari kuasa Iblis dan penyakit, dan balikan untuk menghasilkan kehidupan rohani yang lebih suci
Beall, menambahkan: “Sekali-sekali kebiasaan ini meluas di seluruh bangsa seperti satu mode, dan banyak orang memberi kesaksian bahwa mereka menerima kekuatan baru bersama Allah.”
Secara individu maupun kolektif realita yang disampaikan oleh Beall harus diakui. Hanya kadang umat Tuhan kurang peka sehingga menganggap tidak ada masalah dari semuanya itu. Ada jemaat yang tidak mengerti mengapa berpuasa dan apa tujuan berpuasa, tetapi tetap melaksanakan puasa, sehingga kecenderungan untuk mempraktikkan puasa secara rutin seperti orang Israel (berpuasa hari selasa dan kamis serta setiap tahun berpuasa untuk memperingati hari raya Pendamaian) telah diadopsi oleh mereka. Oleh sebab itu secara tidak langsung kemunafikan yang pernah ada dalam praktik puasa Farisipun tidak dapat dipungkiri eksistensinya di dalam gereja.
“Puasa telah menjadi suatu tontonan dari prestasi rohani dan kesalehan diri sendiri” yang menarik perhatian dan mengabaikan interaksi pribadi dengan Tuhan sebagai satu-satunya pribadi yang mengetahui pelaksanaan puasa. Puasa hanya dilakukan sebagai suatu sikap taat kepada peraturan gereja, persekutuan doa atau sekolah Alkitab, karena ada semacam sangsi dibalik itu. Beall, mengatakan :
...puasa telah dilalaikan oleh sebagian besar umat Kristen, kecuali sebagai satu kewajiban yang telah ditentukan dalam hubungannya dengan hari-hari khusus. Gereja secara keseluruhan masili harus memulihkan diri dari legalisme ekstrim dan bahkan dari kehidupan bertapa abad pertama dan abad pertengahan.
Sering puasa juga dianggap menjadi jaminan untuk mengusir roh jahat, untuk menyembuhkan penyakit, untuk mencari dana atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari Tuhan dan berbagai macam motifasi lainnya.
Ketergantungan pada motifasi puasa seperti ini telah memunculkan tindakan legalisme ekstrim yang tidak langgung-tanggung menghakimi mereka yang tidak berpuasa dan mengabaikan solidaritas kasih sebagai salah satu wujud dari puasa. Sikap merendahkan diri, sikap pertobatan, dan melayani pekerjan Tuhan yang ditetapkan Allah pada mulanya temyata tidak nampak dalam praktek puasa umat Tuhan.
Berdasarkan permasalahan di atas muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut: Pertama, Apa kata Alkitab tentang puasa? Kedua, Apakah aplikasi puasa bagi umat Tuhan masa kini?
0 comments:
Post a Comment